Dengan penyatuan kata-kata dan pikiran ilahi, orang yang sadar akan Guru menjadi bebas dari perbedaan berdasarkan kasta tinggi dan rendah. Menurut mereka, dengan bergabung dalam kumpulan ideal orang-orang suci, keempat kasta menjadi satu saja.
Orang yang asyik dengan firman Tuhan hendaknya diibaratkan seperti ikan di air yang hidup dan makan di dalam air. Oleh karena itu, orang yang sadar akan Guru secara sembunyi-sembunyi melanjutkan latihan Naam Simran (meditasi) dan menikmati ramuan nama Tuhan.
Orang-orang yang berorientasi pada guru yang terserap dalam sabda ilahi menjadi sadar sepenuhnya. Mereka mengakui kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dalam diri semua makhluk hidup.
Mereka yang asyik dengan Gur Shabad (Firman Ilahi) menjadi rendah hati dan merasa seperti debu kaki orang suci. Hal ini karena mereka terus-menerus berlatih meditasi atas nama Tuhan. (147)