Seperti halnya pada festival Diwali, yang jatuh pada bulan Kartik di India, banyak lampu tanah yang menyala di malam hari, dan lampunya padam setelah beberapa saat;
Bagaikan gelembung-gelembung yang muncul di atas air ketika hujan turun ke atasnya, dan segera gelembung-gelembung ini meledak dan menghilang dari permukaan;
Bagaikan seekor rusa yang kehausan yang kecewa dengan kehadiran air, pasir panas yang berkilauan (fatamorgana) yang lenyap seiring berjalannya waktu kemudian ia mencapai tempat itu;
Begitu pula dengan cinta Maya yang terus berganti majikannya bagaikan bayangan pohon. Namun praktisi Naam pemuja Guru yang tetap asyik dengan kaki suci Yang Sejati, ia mampu mengendalikan maya yang menarik dan penipu dengan mudah. (311)