Sebagaimana peristiwa dalam mimpi tidak dapat dilihat saat terjaga, seperti halnya bintang tidak terlihat setelah matahari terbit;
Bagaikan bayangan sebatang pohon yang terus berubah ukurannya seiring jatuhnya sinar matahari; dan ziarah ke tempat-tempat suci tidak berlangsung selamanya.
Sebagaimana sesama penumpang perahu tidak dapat melakukan perjalanan bersama lagi, sebagaimana adanya air akibat fatamorgana atau tempat tinggal khayalan para dewa (di luar angkasa) hanyalah ilusi.
Demikian pula orang yang sadar akan Guru menganggap mamon, kemelekatan, dan kecintaan pada tubuh hanyalah sebuah ilusi dan ia menjaga kesadarannya tetap fokus pada sabda ilahi Guru. (117)