Sesungguhnya aku membutuhkan hati dan jiwaku (iman) (ingin hidup) hanya untukmu.”(16) (5) Cakrawalamu yang bagaikan seikat rambut bagaikan kamuflase di pagi hari, Bagaikan mentari pagi yang telah hilang cahayanya di bawah awan hitam. (17) (1) Ketika bulanku, saat bangun dari tidur siangnya, muncul, Seolah-olah dia sedang menirukan postur matahari pagi. Sang Guru, muncul dengan matamu yang mengantuk dari Ranjang cintamu, Matahari pagi merasa sedih dan malu membandingkan dirinya dengan pancaran sinar wajahmu. (17) (3) Saat matahari pagi yang tertidur melepas cadar dari wajahnya, Dengan kedatangannya yang membawa keberuntungan, ia membawa terang (siang hari) ke seluruh dunia. (17) (4) Seluruh kehidupan orang-orang duniawi adalah berjaga-jaga sepanjang malam tanpa akhir dan merupakan amnesia yang abadi, Goyaa berkata, "Namun, bagi saya , tidur dini hari dilarang, berdosa dan salah secara moral mulai sekarang." (17) (5) Mata main-main ini menarik dan menghilangkan nafas, hati dan imanku, Dan mata yang hidup itulah yang membawaku keluar dari kekhawatiran dan masa-masa sedihku. (18) (1) Salah satu helai rambutnya dapat menimbulkan malapetaka dan malapetaka di dunia, Dan satu matanya saja dapat memberkati seluruh dunia dengan kesejahteraan. (18) (2) Goyaa berdoa, "Semoga hatiku menjadi debu kaki kekasihku (Guru) - kerendahan hati,
Dan mataku yang sportif mengarahkanku ke arah Akaalpurakh." (18) (3) Siapapun yang telah merasakan nikmatnya mata (Guru) yang ajaib itu, Tidak akan pernah peduli untuk melihat bunga Narcissus lagi. (18) (4 ) Goyaa berkata, "Siapa pun yang pernah melihat sekilas mata sigap (Guru) itu sekali pun,
semua kecurigaan dan ilusinya akan hilang sepenuhnya.” (18) (5)
Kembalilah sadar dan bergembiralah! Ini adalah waktu dimulainya musim semi yang baru,
Musim semi telah tiba, kekasihku, Sang Guru, telah tiba, dan sekarang hatiku tenteram dan damai.” (19) (1)
Kemegahan dan kecemerlanganku (Guru) telah begitu meresap ke dalam pupil mataku,
Bahwa kemana pun dan ke arah mana pun ia memandang, ia hanya melihat wajah penuh kasih dari kekasihku, Sang Guru." (19) (2) Aku adalah budak mataku; Aku menoleh ke arah mana mataku mengarahkanku dan menatap. Apa yang bisa saya lakukan? Sebenarnya, kendali apa yang kita miliki di jalur cinta ini?" (19) (3)
Beberapa teman penggugat mendapat kabar dari seseorang bahwa Manssor,
berteriak bahwa dia adalah Tuhan, terlihat berjalan menuju perancah malam ini. (19) (4)
Beritahukan semua bunga untuk mulai mekar, karena
Kabar baik ini datang dari ribuan burung bulbul bernyanyi. (19) (5)
Goyaa berkata, "Lidah menjadi bisu karena malu dan hati menjadi bingung; Siapa yang dapat menyelesaikan kisah kecintaanku yang tak terbatas padaMu, Sang Guru?" (19) (6)